Senin, 28 April 2014

teori kontruktivisme



2.1 Sejarah Kontruktivisme

Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam memahami informasi-informasi baru.
Pembelajaran sosial ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky. Menurut Karpov dan Bransford dalam Slavin (2000) yang digunkakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek dan penemuan.
Empat kunci yang diturunkan dari teori ini adalah pertama, penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Kedua, zona perkembangan terdekat atau zone of proximal development yaitu bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. ketiga, pemagangan kognitif atau cognitife apprenticeship yaitu proses dimana seseorang tahap demi tahap berkesepakatan dalam belajar dengan seseorang apakah seorang yang dewasa atau teman sebaya yang lebih tinggi. Dan yang keempat adalahscaffolding atau mediated learning yaitu siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks sulit, dan realistic dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugasnya .


TOKOH PELOPOR KONSTRUKTIVISME
Teori pembelajaran konstruktivisme memiliki dasar teori kognitif dengan penekanan diberikan pada bagaimana struktur kognitif membangun dan mengorganisasi pengetahuan. Ada dua tokoh penting yang mempelopori teori dasar konstruktivisme ini yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget disebut konstruktivisme psikologi / individu / kognitif, sedangkan teori yang dipelopori oleh Lev Vygotskynialah konstruktivisme sosial.
                        








TEORI KONSTRUKTIVISME PIAGET: PSIKOLOGI/INDIVIDU/KOGNITIF
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYyQEsywgGPOUGrmSg9q4s6dTnVx4aJxqZOYQseeZZaBu2eoAU-vvKmFcrzOphR-Jt6R8XBb4Cn71BSv60y1PShIzUeOrsyqMWOC7FD9BFEkcLfTuaw9TuyE4V5P7FoTbx9a5SlFz8kE8/s1600/jean-piaget.jpg
Biodata

JEAN PIAGET (1896-1980)






·         Lahir  di Neuchâtel, Switzerland, pada 9 agustus 1896.
·         Bapanya, Arthur Piaget, seorang profesor dalam kesusateraan zaman pertengahan dan       mempunyai minat yang mendalam tentang sejarah.
·         Ibunya, Rebecca Jackson, seorang yang sangat pandai
·         Jean Piaget merupakan anak sulung dalam keluarga dan bakatnya mula dilihat ketika beumur 10 tahun.
·         Merupakan ahli psikologi switzerland yang terkenal
·         Meninggal pada tahun 1980. 

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif dan bagaimana manusia membina pengetahuan. Menurut Piaget, keupayaan mengurus maklumat dan pengetahuan berlaku secara berperingkat. Proses membina pengetahuan juga berlaku mengikut peringkat yang bermula dengan pengetahuan sedia ada dalam struktur kognitif. struktur asas dalam organiasasi mental ini dinamakan skema. Justeru, pengetahuan sedia ada yang yang menjadi asas tingkah laku ialah skema.

   Pengetahuan dibina apabila maklumat baru diserap masuk atau disesuaikan dalam struktur kognitif melalui proses adaptasi. Proses adaptasi merujuk kepada proses menyesuaikan dan menerima maklumat baru dalam struktur kognitif untuk mendapatkan keseimbangan antara skema dengan persekitaran. Ini dinamakan EQUILIBRASI.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNhUjnm6MFDRRPL5zwLqrMdOkdqV8zXGkHSNibZ7C0qpeJaOUO2k88WCRcFiEzB0CSiHOxMMWbxavULzZTm8CxDq0d55SBuPDvRAfiHBGp39piO8DHggmDNC0H8BLq-LtlljW28gf2_fw/s1600/kkk.jpg



PROSES-PROSES ADAPTASI

Terdapat dua proses iaitu;
·      ASIMILASI
·      AKOMODASI
1.Asimilasi
·      Merupakan satu proses dimana apabila maklumat baharu tidak mempunyai ciri-ciri persamaan dengan maklumat sedia ada dalam skema, maklumat tersebut akan dapat diserapdengan mudah ke dalam struktur kognitif. Ini menyebabkan keseimbangan (equilibrasi) berlaku.
2.Akomodasi 
·      Merupakan satu proses dimana apabila maklumat baharu tidak mempunyai ciri-ciri persamaan dengan maklumat dalam skema, akan berlaku ganggu-gugat atau ketidakseimbangan dalam struktur kognitif. Proses ini dinamakan disequilibrasi. maklumat baru tersebut tidak dapat diserap masuk. Maklumat akan terawang-awang sehingga skema berubah. Apabila skema berubah, melalui pembacaan, perbincangan atau seumpanya, maklumat baharu akan diserap masuk. Dengan itu, struktur kognitif akan mencapai equilibrasi.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpp9ESbl7OtcOVdRxzZ-IlYroXFIvOa5tNBeoCPt7OotBakU7hesXNp4h_zYVpNQJORTO0kQdhZ0BIXeSg3DBKODXhg9oZN8vuQPEhlRhwLy0j-MIVwDrUwpvyfhgEL5ddK1Bv5ZckgBo/s1600/jjj.jpg

PROSES EQUILIBRASI

Kedua proses asimilasi dan akomodasi terjadi sepanjang hayat individu dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Dengan proses adaptasi yang semakin komlpeks, skema ini akan menjadi lebih kompleks. Skema yang semakin kompleks ini akan membentuk struktur kognitif. Struktur kognitif akan melalui proses organisasi secara hierarki dan dari susunan umum ke khusus.

      Singkatnya, melalui proses adaptasi, yaitu asimilasi dan akomodasi, informasi dalam struktur kognitif selalu diorganisasi dengan baik untuk disimpan dan digunakan jika diperlukan. Melalui proses inilah, konstruksi pengetahuan selalu dibuat sepanjang hayat individu. TEORI KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY: SOSIAL

Biodata

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuJH0T3dv0_7WnqyR5QB8OsWE6mVpmnNZOJjGHzGXkHsS7MfcBTIhkSTmryZaIYCzhsjl-BBQGe5TpbpqyKaacMVHv6GA3JHDhsrbI_-UldTfFmK1HnrvqGrhtUHa2-mYcj4oiO0OIXpU/s1600/vi%253Dy.jpg
LEV VYGOTSKY (1896-1934)

• Lahir pada 1896 di Belarusia, Rusia
• Vygotsky banyak terlibat dalalm mengkaji perkembangan kognitif di Institute of Psychology di Moskow.
• Merupakan psikolog Rusia yang terkenal.
• Meninggal pada 1934.
• Klik link ini



 Teori perkembangan kognitif Vygotsy merupakan dasar teori ini. Menurut Vygotsky, perkembangan konsep anak berkembang sistematis, logika dan rasional dengan bantuan dan bimbingan orang lain. Jadi teori konstruktivisme sosial ini berperan utama dalam pembelajaran dalam konteks sosio-budaya.
Dalam konteks sosial, individu berbagi dan saling membangun pengetahuan baru. keterlibatan dengan orang lain memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi dan meningkatkan pengetahuan diri.
1.     Pandangan Konstruktivisme Sosial
2.     Pelajar memiliki keunikan karena berbeda latar belakangnya.
3.     Latar belakang, pengalaman, interaksi dan budaya masyarakat sangat mempengaruhi pembelajaran individu.
4.     Pelajar bertanggung jawab terhadap konstruksi pengetahuan sendiri.
5.     Pengalaman sukses dan keyakinan diri mempengaruhi motivasi untuk belajar.
6.     Guru sebagai fasilitator.
7.     Pembelajaran terjadi dalam situasi sosial dan akif.
8.     Kolaborasi antara guru, siswa dan bahan pengajaran penting dalam pembelajaran.
9.     Pembelajaran berbasis konteks penting dalam memfasilitasi siswa.
10.  Zona Perkembangan Terdekat
 ZPD mengacu pada tugas pembelajaran yang sulit dilakukan sendiri oleh siswa, tetapi dapat menguasainya debgan bimbingan orang lain yang lebih mahir.Sekiranya siswa dapat melakukannya sendiri, isi pelajaran tersebut berada di zona bawah. Sebaliknya jika siswa dapat menguasai tugas dengam bimbingan orang lain, tugas tersebut berada dalam ZPD.
 Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan pembagian antara perkembangan nyata dan perkembangan potensi, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXvYhWxJDqStaBtil9h1nfDPv-7JypZosit6Bay_A6YAMtm6Sta9xUxyBYy0p-Gzbxp4DeZ8e5vdm6RR5eYH6TqA0048MY2TRxB8JhL_6G7HkAvQNq-ABIr7-oq3cspSwDTJvbjmehJw/s1600/zon.jpg

ZON PERKEMBANGAN TERDEKAT
       Pada pandangan yang lain, Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara perkembangan nyata dan perkembangan potensi pada anak. Perkembangan sebenarnya ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan perkembangan potensi membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, menyelesaikankan masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
    teknik Scaffolding
        Menurut Haliza Hamzah dan Joy N.Samuel (2010), konsep ini mengacu pada bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa dalam proses pengajaran dan pembelajaran melalui pertanyaan-pertanyaan dan interaksi yang bersifat positif.

          Bimbingan diberikan kepada siswa dalam mempelajari keterampilan baru, namun bimbingan yang diberi dikurangi sehingga siswa dapat menguasai sesuatu keterampilan. Percakapan dan interaksi adalah alat yang penting saat proses perancah. Percakapan akan membantu siswa menyusun konsep-konsep baru secara lebih sistematis.

           Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, rekan sebaya juga memberikan pengaruh penting pada perkembangan kognitif anak berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif (cooperative groupwork) yang mempercepat perkembangan anak. Singkatnya, teknik ini:
• Digunakan untuk siswa menguasai isi pelajaran dalam ZPD
• Proses membimbing dan membantu.
• Menurut penguasaan murid dan berubah sesuai tingkat
Antara cara dalam teknik ini adalah penjelasan verbal, tanya jawab, promting, cueing dan sinyal lain


2.2   Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1.      Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3.      Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.      Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6.      Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Menurut Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dari pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
b.      Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas
ü  Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
ü  Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
ü  Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
ü  Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
ü  Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

c.       Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme

        Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
  1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
  2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
  3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
  4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
  5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
  6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
  7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
  8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
  9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
  10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
  11. Menekankan bagaimana siswa belajar
  12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
  13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
  14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
  15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
  16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata



2.3 perinsip-perinsip kontruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.        Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.        Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.        Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.        Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.        Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.        Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.        Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8.        Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

2.4   Hakikat anak menurut pandangan belajar teori Konstruktivistik
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
e.                   Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstrutivisme
v  Kelebihan
1.      Berfikir alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2.      Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3.      Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4.      Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.      Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
v  Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.


2.5 Mengimplementasikan Teori Konstruktivisme Pada Pembelajaran

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di kelas.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.




Daftar  pustaka
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Wahab, Rochmad. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. DEPDIKNAS
Dalyono. 2009. Psokologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Uno, Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psokologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Ormrod, Jeanne. 2008. Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga